Kamis, 22 Mei 2008

Kenaikan Harga BBM

Harga Premium akan dinaikkan dari 4.500 rupiah menjadi 6.000 rupiah per liter, yang berarti kenaikan sebesar 33%. Sebenarnya sangat mengerikan apabila kita bayangkan akibatnya untuk rakyat yang miskin dan berpenghasilan pas-pasan. Tetapi saya tidak bisa menyalahkan pemerintah apabila mereka harus menaikkan harga BBM.

Realitasnya, harga minyak mentah dunia sekarang sudah mencapai US$120 per barrel (satu barrel = 159 liter). Akibatnya, subsidi pemerintah untuk tahun ini mungkin mencapai 200 triliun rupiah (Mungkin ada yang perlu mengecek hitungan saya? Data yang saya peroleh adalah: pada tahun 2007, subsidi pemerintah adalah 90 trilliun rupiah, dan penggunaan BBM adalah 38,2 juta kiloliter. Ini artinya adalah setiap liter minyak disubsidi sebesar 2.356 rupiah. Sekarang harga minyak adalah $120 per barrel, yang berarti kenaikan harga minyak mentah per liter adalah 2.760 rupiah. Ini artinya adalah total subsidi pemerinta adalah 90 triliun rupiah tambah 105 trilun rupiah untuk kenaikan harga minyak, yang kira-kira menjadi 200 triliun rupiah). 200 triliun rupiah, bukankah itu berarti setengah dari APBN pemerintah?

Tentunya pemerintah manapun juga boleh saja menjalankan anggaran defisit. Tetapi defisit yang baik adalah defisit yang diakibatkan oleh pengeluaran untuk investasi masa depan bangsa yang bisa meningkatkan produktivitas masyarakat. Contohnya adalah pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Tetapi, defisit besar yang tidak digunakan untuk investasi masa depan tidak bisa dibenarkan, apalagi untuk subsidi minyak yang lebih menguntungkan pengguna minyak (baca: bukan rakyat miskin).

Tapi ini hanyalah pertimbangan makro. Saya boleh saja mengetik di komputer saya dan mendukung kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga minyak. Tapi, harus diakui, saya bukan bagian dari rakyat miskin. Kehidupan saya boleh dibilang sudah tercukupi, dan saya tidak perlu memusingkan mengenai makanan apa yang akan saya makan besok, atau lusa, atau esok lusanya. Yang saya khawatirkan adalah mereka yang berusaha setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka sehari-hari: bagaimanakah caranya mereka bertahan menghadapi kenaikan harga minyak seperti ini? Belum lagi efek kenaikan harga barang lainnya akibat naiknya harga BBM.

Memang pemerintah berada di posisi sulit. Apabila mereka mempertahankan subsidi, maka mereka hanya akan mencetak uang untuk membiayai defisit anggaran yang membengkak, dan akibatnya Rupiah hanya akan melemah dan inflasi secara tidak langsung pasti akan muncul karena likuiditas yang berlebihan. Sementara itu konsumsi minyak tidak akan berkurang walaupun sudah digelar ribuan spanduk untuk meminta konsumen dalam menghemat BBM dan listrik. Di sisi lain, dengan dikuranginya subsidi minyak, rakyat miskin akan merasakan kenaikan harga secara langsung. Tentunya pemerintah bisa menggunakan uang yang dihemat dalam pendidikan atau infrastruktur atau dengan bantuan langsung. Tetapi, apakah mereka akan melakukannya dengan bersih tanpa korupsi? Dan seberapa cepatkah efeknya bisa dirasakan oleh rakyat miskin?

Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah beberapa politikus yang menggunakan kesempatan ini untuk membangkitkan amarah rakyat untuk memprotes kebijaksanaan pemerintah. Sebenarnya, apabila rakyat miskin marah atas kenaikan harga BBM karena tidak mengerti ekonomi, saya dapat mengerti karena urusan mengisi perut dalam hari ini lebih dekat dibandingkan urusan anggaran pemerintah. Tetapi beberapa tokoh politik yang paling kritis ini seharusnya mengerti realitas ekonomi dunia, apalagi banyak dari mereka yang mengaku mempunyai gelar akademis seperti doktorat atau master dll. Mengapa mereka malah mengelabui rakyat dan membangkitkan amarah? Sebenarnya kalau mereka berada di posisi kekuasaan, apakah mereka tidak akan melakukan hal yang sama?

Sekarang sudah ada isu bahwa bisa terjadi keributan seperti tahun 1998. Saya sungguh berharap itu tak akan terjadi. Tetapi memang sulit untuk mengatasi amarah rakyat. Pemerintah dapat membantu mereka secara langsung; mungkin dengan meringankan beban biaya sekolah, atau pemberian uang secara langsung pada rakyat miskin. Politikus juga harus menjelaskan realita masalah kepada rakyat, bukan memperkeruh keadaan. Dan, seperti yang dikatakan pastur saya saat kotbah, kita yang cukup mampu harus menahan diri. Jangan bertindak tengik dan norak dan memamer-mamerkan kekayaan. Dalam kata lain, janganlah bertindak seperti Adinda Bakrie.

Tidak ada komentar: